Laman

Rabu, 11 Februari 2015

Kemanakah perginya si capung ??


Bismillah..
Flashback sejenak, dulu 30 thn yang lalu saat saya masih kanak - kanak, sering sekali melihat capung berterbangan di pekarangan rumah dan sawah dekat rumah. Saya dan adik dibuatkan sebuat jaring bertangkai oleh kakek untuk menangkap capung dan kupu-kupu. Masyaallah.. Walau jarang bisa menangkapnya, berlari lari bersama adik untuk mengejar capung di pematang sawah saat itu merupakan moment indah yang tak terlupakan.
Kembali ke masa kini, coba anda melihat ke sekeliling lingkungan anda. Apakah anda menemukan si capung berterbangan? Coba anda pergi ke daerah persawahan, apakah akan menemukannya? Tidak bisa menemukannya khan??
Thats right, bisa dikatakan saat ini capung diambang kepunahannya.
Sebuah laporan mengejutkan datang dari World Dragonflies Association (WDA) atau komunitas pecinta capung internasional yang berpusat di Inggris. Diberitakan, capung di Indonesia terancam punah.

Tak mengherankan, semakin lama bertambah susah menemukan capung terbang di alam bebas. Di tahun 80-an, kita masih mudah melihat koloni capung di lapangan, di antara semak dan pepohonan, apalagi saat musim panas tiba.
Dewasa ini, di mana kita bisa dengan mudah menemukan capung? Menurut Ketua Indonesia Dragonfly Society (IDS) Wahyu Sigit, catatan dari WDA berdasarkan temuan PBB menyebutkan kondisi perairan di Indonesia sangat memprihatinkan. Padahal kehidupan capung sangat tergantung pada kondisi air.
Di beberapa daerah yang terdapat air, sudah banyak tidak ditemukan capung.
Di Malang, capung tidak ditemukan di Talun atau sepanjang Sungai Brantas,” paparnya seperti dikutip dari tribunnews.

Keberadaan capung Indonesia memang semakin mengkhawatirkan. Hal ini bisa disamakan dengan eksistensi kunang-kunang yang juga terancam punah.
Budayawan Prie GS pernah menyinggung hal ini dalam sebuah acara. Disebutkan, orang Jepang yang menyadari kunang-kunang telah musnah dari negeri mereka terpaksa beternak kunang-kunang agar bisa disebarkan lagi di alam. Apakah hal yang sama akan, dan terpaksa kita lakukan di negeri ini?
Dari uraian berita tersebut telah jelas bahwa buruknya kualitas air merupakan penyebab utama berkurangnya populasi capung di Indonesia. Air bersih merupakan tempat capung hidup dan berkembang biak. Telah diketahui bahwa siklus hidup capung bermula di air. Sebelum bertelur, induk capung akan mencari perairan yang bebas polusi dan dilengkapi tumbuhan air agar dapat melindungi telur-telurnya sekaligus untuk tempat berlindung anak-anaknya nanti. Adanya tumbuhan air juga menjanjikan ada banyak mikroorganisme air lain yang dapat hidup di sana sebagai sumber makanan calon larva capung. Setelah menemukan habitat yang pas, induk capung akan bertelur pada permukaan air. Telur yang diletakkan oleh induk capung dapat mencapai 100.000 butir.

Hal inilah mengapa kurangnya air besih merupakan penyebab utama menurunnya populasi capung. Capung membutuhkan air besih untuk bertelur, karena telur-telur capung tidak akan bisa bertahan dalam kondisi air yang tercemar. Hal ini karena air tercemar memiliki tegangan permukaan yang kecil, sehingga telur-telur capung akan tenggelam diatasnya.
Selain itu, saat menjadi larva, ia juga butuh kondisi air yang bersih dan terbebas dari polusi dan pencemar. Karena dalam kondisi air yang tercemar, larva tidak akan bisa hidup dan mikroorganisme lain yang merupakan makanan utama juga tidak mampu hidup didalamnya. Sehingga, dalam air yang tercemar, larva capung tidak akan bertahan karena kurangnya makanan.



Kualitas air yang buruk disebabkan oleh banyaknya polutan yang masuk dalam air tersebut. Hal ini karena kini manusia banyak menggunakan bahan-bahan yang bersifat polutan seperti surfaktan dari detergen, sabun, shampo, dll. Penggunaan air yang berlebihan juga membuat air bersih semakin berkurang. Banyaknya industri yang membuang limpah melalui sungai-sungai juga menyebabkan pencemaran dan polusi pada air.

Penyebab utama terancamnya spesies ini adalah habitatnya yang terus berkurang yang digunakan untuk proyek industri.
Kesimpulannya kini jumlah populasi capung cenderung berkurang akibat kurang tersedianya air bersih. Kurangnya air besih ini dikarenakan adanya pencemaran air. Sebenarnya untuk mengatasi kepunahan capung adalah dengan adanya konservasi air berupa penyediaan areal tangkapan air, pembangunan embung atau parit, dan kegiatan hemat air, sehingga akan air bersih akan tersedia untuk mendukung kelangsungan hidup kehidupan capung.
Sumber:
http://www.apakabardunia.com/2012/07/gawat-sebentar-lagi-capung-hilang-dari.html

Artikel Terkait:

2 komentar:

  1. capung merupakan indikator pencemaran perairan. mempunyai banyak peran di alam. nimfa-nimfa capung sangat gemar memangsa larva nyamuk dan capung dewasa sangat gemar memangsa nyamuk2, sehingga bisa menekan populasi nyamuk di alam.

    BalasHapus
  2. Benar, semakin sedikit populasi capung semakin besar kadar prncemaran lingkungan dan semakin banyak nyamuk berkembang biak.. Qodarallah wa maa syafa'al...

    BalasHapus